Jumat, 01 Mei 2009

Misteri Flu Babi: Mengapa Korban Tewas Hanya di Meksiko?

TEMPO Interaktif, New York: Sebetulnya ini sebuah pertanyaan yang cukup memalukan bagi para peneliti: mengapa kematian akibat flu babi hanya terjadi di Meksiko? Para peneliti tampaknya penasaran lantaran wabah ini membunuh orang-orang muda yang seharusnya memiliki tingkat kekebalan tinggi terhadap virus.

"Pertanyaan bagus yang juga ingin kami tanyakan," kata Von Roebuck, juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US Centers for Disease Control and Prevention/CDC). "Masih terlalu awal dalam penyelidikan ini dan kami terus mencoba memahami penyebarannya di negeri ini (AS) sebagaimana halnya di Meksiko."

Menteri Kesehatan Meksiko Jose Angel Cordova mengatakan, umumnya orang yang tewas akibat flu yang diduga terkena virus flu babi adalah warga yang berusia di antara 20 tahun hingga 50 tahun, sebuah sinyal ancaman karena angka kasus kematian tinggi berada pada usia-usia yang secara umur dianggap segar bugar.

BabiPemerintah Meksiko menyebutkan sedikitnya 152 orang meregang nyawa akibat kasus flu yang mirip flu babi (swine flu) dalam beberapa hari terakhir, dan tujuh di antaranya dipastikan meninggal lantaran positif menderita flu babi. Sedangkan 19 pasien lagi diyakini positif terjangkit flu babi namun mampu bertahan. Sekitar 2.000 orang lagi diboyong ke rumah sakit karena memiliki gejala-gejala mirip flu babi.

Pemerintah Amerika Serikat, Ahad (26/4), mengumumkan status darurat kesehatan untuk mengantisipasi wabah tersebut. Amerika dikatakan memiliki 64 kasus yang dipastikan positif terpapar flu babi, lima di antaranya sudah dirawat intensif di rumah sakit di berbagai wilayah di New York, California, Texas, Kansas dan Ohio. Tapi dilaporkan tak ada satupun korban tewas.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), pandemik flu babi telah memasuki skala darurat tingkat lima, yaitu pandemik penyakit yang menyerang minimal dua negara dalam satu kawasan, sebelum skala enam yang berarti telah menjadi pandemik global.

Sejumlah negara di Asia Tenggara terutama seperti Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia dilaporkan juga sudah ramai-ramai melakukan karantina dan menggelar pengawasan ketat terhadap setiap pasien yang dicurigai mengidap tanda-tanda penyakit ini.

"Perbedaan serius antara kasus yang diketahui di AS dan Meksiko merupakan pertanyaan yang membutuhkan jawaban," kata Maryn McKenna, penulis Beating Back the Devil, buku terbitan 2004 yang berkisah tentang sejarah CDC.

TAK PERNAH DIHITUNG

Tak ada jawaban yang pasti, namun sebuah kesimpulan bermunculan, salah satunya: penyakit ini sudah lama berputar-putar di Meksiko dan korban yang terinfeksi jauh lebih banyak ketimbang yang sudah dikonfirmasikan pihak berwenang.

"Apakah kita benar-benar tahu semua kasus yang terjadi di Meksiko atau apakah ini hanyalah puncak gunung es saja?" tanya Louis Wade Sullivan, dokter dan mantan Menteri Kesehatan di era pemerintahan Presiden George H.W. Bush di era 1988 hingga 1993.

McKenna menambahkan, mungkin saja "banyak kasus flu di Meksiko yang tidak diketahui lantaran tak pernah dihitung. Artinya banyak kasus-kasus sejenis yang dianggap ringan. Namun perlu didapatkan jumlah pasti dari kasus sebelumnya, yang secara ststistik bisa menjadi hal yang sangat serius. Di Amerika sendiri belum ditemukan kasus flu seperti ini sebelumnya."

Komentar awam juga muncul dari Kota Meksiko, kota yang paling parah terkena wabah flu babi. "Intuisi saya mengatakan saat masyarakat kedokteran melihat sekeliling dan menyadari apa yang telah terjadi, dan flu ini ditemukan, mereka tak mampu mengatasinya," kata Ana Maria Salazar, presenter acara bincang-bincag di radio dan blogger yang tinggal di Kota Meksiko. "Tak seorang pun yang melihat hal ini. Semua mata tertuju ke Asia."

Virus baru ini menular dari flu babi Amerika Utara, flu burung, flu manusia, dan sebuah bentuk dari flu babi yang umum ditemukan di Asia dan Eropa, kata Nancy Cox, Kepala Divisi Influensa di CDC.

Influensa pada dasarnya sebuah infeksi pernafasan yang tak berbahaya, dan jarang menyebabkan efek fatal. Namun influensa bisa membuka celah ke arah komplikasi yang mematikan, semisal pneumonia. Sekitar 36 ribu orang Amerika tewas akibat komplikasi flu saban tahun.

Flu babi disebabkan oleh virus yang mirip dengan virus flu sejenis itu, namun terdiri dari berbagai bentuk yang menginfeksi manusia saban tahun. Namun khusus virus flu babi hanya ditemukan di tubuh babi, atau orang-orang yang memiliki kontak langsung dengan babi.

Menurut Sekretaris Indonesia Veterinary Watch Mangku Sitepu, baik flu burung maupun flu babi memiliki tipe yang sama tetapi dalam subtipe yang berbeda. Flu burung bersifat zoonosis atau bisa menularkan dari unggas ke manusia.

Di Asia virus flu burung memiliki subtipe (strain) H5N1, di Belanda atau Eropa H7N7, dan H9N2 di Hong Kong dan Cina. Sedangkan strain flu babi diketahui memiliki subtipe H1N1, H3N2, H2N1, dan H1N2. Pada babi sendiri angka kematiannya relatif kecil. Virus ini pun bisa tertular pada sesama babi.

KONDISI GIZI YANG BURUK

Untuk kasus di Meksiko, padu-padan pelbagai faktor dapat menyebabkan kematian massif, kata Howard Markel, dokter yang juga menyandang jabatan Direktur Pusat Sejarah Kedokteran di University of Michigan, AS.

"Mereka boleh jadi sudah memiliki kasus dalam beberapa bulan terakhir dan kemungkinan penderitanya semakin bertambah yang ditaksir sekitar sepuluh ribu orang," tutur dia. "Tentu saja ada kasus yang akan bertambah di Amerika Serikat. Potret yang kita lihat sekarang ini merupakan gambaran yang tak lengkap."

Dia juga menambahkan, orang-orang yang mati di Meksiko ada kemungkinan disebabkan "faktor pendukung lain", seperti cara penanganan korban atau sebelumnya sudah memiliki infeksi virus lain sehingga tubuh mereka mudah terserang virus tersebut. Kemungkinan juga, kata dia, kematian tersebut disebabkan kecenderungan atau kondisi bawaan keturunan (genetis).

Lous Sullivan juga menuding kemungkinan "faktor-faktor komplikasi", seperti kekurangan gizi, kondisi lingkungan, atau kondisi rumah yang kumuh dan tak sehat.

Sementara Markel mengingatkan bahwa, "flu merupakan wabah penyakit klasik yang terjadi pada abad ke-19."

Para peneliti penyakit juga sedang dikhawatirkan oleh fakta-fakta bahwa peyebaran flu babi telah membunuh orang-orang yang seharusnya kebal terhadap virus ini. "Tentu saja ini menjadi sinyal bahaya," kata Markel.

Pihak pejabat berwenang di berbagai lembaga kesehatan mengatakan strain flu babi tak pernah terdeteksi sebelumnya. Hal itulah yang mungkin menyebabkan banyaknya korban yang meninggal.

Julio Frenk, mantan Menteri Kesehatan Meksiko dan kini dekan di Harvard School of Public Health, melontarkan pandangan berbeda: penyakit tersebut bisa membunuh orang-orang yang tak sehat akibat kondisi hidup mereka. "Banyak elemen-eleman yang bisa menjadi penyebabnya," tutur Frenk. "Orang-orang ini miskin. Mungkin fungsi kekebalan tubuh mereka tetap bereaksi tapi tak efisien."

Saat penyebaran berlanjut menjadi wabah penyelidikan pun terus dilakukan. "Kami akan melakukan segala upaya untuk memahami virus ini," kata juru bicara Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat. "Namun beberapa penyebab kejadian ini barangkali tak pernah terungkap."

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda